
oleh,
Yuni Yunengsih
092170109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011
ABSTRAK
Batu gamping atau yang sering dikenal sebagai batu kapur (lime stone) merupakan batuan yang kaya akan manfaat bagi kehidupan manusia. Batu gamping ini merupakan batuan yang tersusun oleh degradasi di samudera dan telah mengalami sedimentasi. Selain itu batu gamping ini termasuk pada mineral yang dapat dijadikan bahan galian yang masuk pada sub golongan A.
BAB I
PEDAHULUAN
A. Mineral Berbentuk Batuan
Mineral merupakan bahan organik yang berbentuk secara alamiah, mempunyai komposisi kimia yang tetap dan bentuk hablur (struktur ktistal) yang beraturan, umumnya seragam pada batas volumenya. Suatu campuran dari kumpulan-kumpulan satu atau lebih minenal disebut batuan.
Mineral juga merupakan SDA yang proses pembentukkannya memerlukan waktu yang lama dan sifatnya tidak, berurutan. Mineralnya banyak di manfaatkan untuk bahan makanan, bahan obat-obatan, atau medis, bahan industry dan alat rumah tangga. Oleh karena itu pemerintah menerapkan PP No. 27 tahun 1980. Pemerintah membagi bahan galian menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Golongan A (bahan galian strategis)
b. Golongan B (bahan galian vital)
c. Golongan C (bahan galian non strategis)
Bahan galian indistri sebagian besar termasuk pada bahan galian golongan C. walaupun termasuk beberapa jenis termasuk dalam baha galian golongan lain.
Secara geologi, bahan galian industri terdapat dalam ketiga jenis batuan, yaitu bahan industri terdapat dalam batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Batuan gamping juga termasuk pada bahan galian industri yang masuk pada sub golongan A yang terdapat pada batuan sedimen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
Batuan gamping merupakan batuan yang terdiri dari 2 jenis proses
1. Batu gamping non klasik
Batu gamping jenis ini merupakan batu gamping yang terbentuk oleh binatang laut yang telah mati yang diakibatkan oleh degradasi samudra. Binatang yang menyusun batuan tersebut berupa coelentra, moluska; protozoa dan foramimipeta. Jenis batu gamping ini sering disebut jenis batu batu gamping koral, karena penyusun utamanya koral yang merupakan anggota colentera. Batu gamping ini belum menunjukkan pelepasan yang baik dan belum banyak mengalami konfirmasi dari mineral lain.
2. Batu Gamping Klasik
Batuan klasik, merupakan hasil dari rombakan dari batuan non-klasik melalui proses sedimentasi alami. Baik melalui proses erosi oleh air, transportasi air dll. Akibat dari sedimentasi ini batuan ini akan mengalami perubahan warna, pelapisan dan struktur yang berbeda dari aslinya.
Batu gamping lebih mudah terlarutkan oleh air hujan dibandingkan batuan yang lainnya. Air hujan mengandung sejumlah kecil karbondioksida, selama perjalanannya di udara, dan hal tersebut mengubah air hujan menjadi bersifat asam. Kalsit merupakan batuan yang sangat reaktif terhadap asam.
Batu gamping sangat rentan terhadap air hujan. Hal ini yang cenderung goa-goa bawah tanah terbentuk pada daerah yang banyak mengandung batu gamping. Dan banyak bangunan-bangunan yang terbuat dari batu gamping. Pada daerah tropis, batu gamping terbentuk menjadi batuan yang kuat membentuk sebuah pegunungan batu gamping seperti yang banyak terdapat di daerah tasikmalaya bagia selatan.
Selain itu mataair mineral dapat pula mengendapkan batu gamping yang disebut sebagai endapan sinter kaput. Batu gamping jenis ini terjadi karena proses kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batu gamping di bawah permukaan yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Secara kimia batu gamping terdiri dari atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini menyebutkan bahwa kadar Calsium Oksida batu gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO > 50%). Selain magnesium batu gamping kerapkali tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada umumnya batu gamping yang padat dan keras mempunyai berat jenis 2. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang sarang (porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu-abu muda, abu-abu tug, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangaan, oksida besi sedang kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah menjadi marmer.
B. Tempat Ditemukan
Penyebaran batu gamping di alam mudah dikenal pada foto udara yang menunjukkan rona yang khas berwarna terang. Dalam beberapa hal kenampakan karst dapat dikenali pada foto udara, pada peta topografi ataupun dilapangan khususnya pada batu gamping nonklastik.
Tempat diketemukan dengan berbagai kualitas dan jumlah cadangan:
· Aceh: meliputi Lam Teungoh, Kec. Pakan Badaeve, Kab. Aceh; Krueng Raya, Kab. Aceh Besar; Ujung Pidie, Kab. Pidie; Batu Pahat, Lhokseumawe, Kab. Aceh Utara; Pantai Barat Aceh, Kec. Lhokseumawe, Kab. Aceh Besar; Kec. Indrapuri, Kab. Aceh Besar; Tapak Tuan, Kab. Aceh Selatan.
· Sumatera Utara: Penen antara Kota Tinggi dan Ujung Meriah Lapas, Bohorok antara Tanjung Naman dan Selang Pungkur, Prapat sekitar Danau Toba; Tarutung; Balige.
· Sumatera Barat: Padang Tarab, Kab. Agam; Silungkang, Kec. Sawahlunto, Kab. Sijunjung, Bancah Lawas dekat Padang Panjang; Kolok sebelah barat Sawahlunto Kab. Sijunjung; Karang Putih selatan Indarung; Singkarak Kab. Tanah Datar.
· Riau: Kcc. Kampar Kiri Kab. Kampar
· Sumatera Selatan: Kec. Baturaja, Kab. Komering Ulu; Ds. Muara Dua; Ds. Pedangan; Lahat.
· Jambi: Siulak Deras Mudik, Kab. Kerinci; Kotabaru, Kec. Danau Krinci; Muara Ponco Kec. Sungai Mahan, Sungai Penuh.
· Bengkulu: Air Bandung Kiri dan Kanan, Kec. Lebong Utara; Air Saleh, Air Nyuruk, Air Panjang, Kec. Lebong Utara, Kab. Rejang Lebong; Muara Air Kasam, Kab. Rejang Lebong; Hulu Air Palik, Kec. Kerkop Lubuk Durian Kab. Bengkulu Utara.
· Lampung: Pematang Emas antara Tanjung. Karang - Rantai; Wai Metro, Kec. Lima, Lampung Utara.
· Jawa Barat: P. Tunda, Kab. Serang, Pulau Panjang di teluk Banten; Muncang Kab. Rangkasbitung; Buluheum, Kec. Cipanas, Kab. Lebak; Jagabaya, Kec. Parungpanjang; Jampang Tengah Kab. Sukabumi; Pangkalan Karawang; Tagogapu; Bongas, Palimanan Cirebon, Taraju, Tasikmalaya; Kec. Sukareja, Tasikmalaya; Kec. Cibalong Tasikmalaya; Kec. Cijulang, Kec. Pangandaran, Kec. Kalipucang.
· Jawa Tengah: Kab. Cilacap, Nusakambangan, Karangpucung, Karangbawang, Darmakradenan; Karangbolong; Kebumen; Sukolilo, Pati; Pamotan; Rembang; Pegunungan Selatan Wonogin.
· Daerah Istimewa Yogyakarta: Nanggulan, Wonosari, Pegunungan Selatan.
· Jawa Timur: Kec. Merakurak, Kab. Tuban; Kec. Kebomas, Gresik; Indro, Gresik, Kec. Babat, Kab. Lamongan; Baureno, Kab. Bojonegoro, Socah Timur, Kab. Bangkalan, Madura, Kec. Labang, Kab. Bangkalan Madura.
· Kalimantan Barat: Kotawaringin, S. Pinoh, S. Melawi; Dayak kecil, Kasintu dan Purukcau serta Jukin, Kp. Wonorejo, Kp. Pendreh, S. Tiung, Gn. angah, Kec. Tewe Tengah, Kec. Gunung Timung; S. Menawing, Bukitsari, Kec. Murung, Kab. Barito Utara.
· Kalimantan Timur: Kp. Ujoh Halting, Kec. Long Iram, Kab. Kutai; Batu Butok, Kab. Pasir; Desa Bebulu Darat (Rintik) Kab. Pasir, Ds. Lambangka, Kab. Pasir; Gn. Bata, Ds. Sesulu, Kab. Pasir; Teluk Sulaiman Kab. Berau.
· Kalimantan Selatan: Pleihari, Manunggul, S. Satui daerah Peg. Meratus; S. Jantung Timur Banjarmasin; Pandangbatung, Kandanggunung; Cantung Kab. Kotabaru.
· Bali: Prapat Agung, Kab. Buleleng; Sekiti; Nusa Penida, Kab. Klungkung; Bukit Unggaran Kab. Badung.
· Nusa Tenggara Barat: Mangkung Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah; Pengembor, Kec. Sengkol, Kab. Lombok Tengah; Kete Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah; Rumbitan, Turuai, Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah; Tente, Wera Barat, Sape, Kab. Bima; Mojo Karangjati-Taliwang, Cereweh, Plampang, Kab. Surnbawa.
· Nusa Tenggara: Labuhan Bajo, Kec. Komodo, Kab Manggarai; Lewoleba, Kec. Ili Nape, Kec. Omesuri, Kec. Banyusari, Kab. Flores Timur; Batik Hitokolok, Bukit Pedang, Bukit Talibu, Kab. Sikka; Atambua, Atapupu, Kab. Bela; Taelias, Eban, Moil Toho; Kab. Timor Tengah Utara; Ds. Alak, Kec. Kupang Barat, Kab. Kupang.
· Sulawesi Utara: Tinombo, Sumalata, Bolaang Mongondao, Wori, P. Bunaken, P. Siladen, Kec. Belting, Kec. Bolalang, Kec. Lolak, Kec. Dumoga dan Kec. Maelang.
· Sulawesi Tengah: Tonassa, Kab. Pangkep; Bantimurung Kab. Maros; Bojong Kab. Joneponto; Watan Soppeng Kab. Soppeng; Malusetasi, Soppeng Barra; Takalar, Kab. Takalar.
· Sulawesi Tenggara: Tanjung Ponopono, Gn. Puuwatu, Laimena Anggoro; Pegunungan Marombea (Kab.Kendari); Wawo, Kab. Kolaka; P. Muna, P. Baton, Kep. Wakatohi, Kep. Timoro.
· Maluku: Daruba; Morotai, Wasite, Fayaul, Halmahera Tengah, P.
C. Teknik Penambangan
Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu teknik penarnbangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari tipe sisi bukit (side hill type). Untuk penarnbangan skala besar pembongkaran dibantu dengan sistem peledakan beruntun dibantu peralatan berat antara lain escavator dan ripper (penggaru), sedang untuk penambangan skala kecil dilakukan dengan alas sederhana antara lain cangkul, ganco dan sekop. Apabila batu gampingnya tidak keras, pemberaian dibantu dengan membuat sederetan “lubang” tembak yang diisi dengan lempung. Sesudah lempung diisikan pada masing-masing lubang lalu dituangkan padanya air. Akibatnya lempung mengembang yang akhirnya dengan bantuan “linggis” batu gamping mudah dibongkar.
Apabila skala penambangannya kecil, sistem yang diterapkan dalam kegiatan penambangan adalah sistem gophering, mengikuti bagian/jalur batu gamping yang relatif mudah dibongkar. Disamping hal tersebut teknik penambangan juga mempertimbangkan ukuran/bentuk pembongkaran yang diinginkan. Mempertimbangkan keselamatan kerja sistem gophering tidak dianjurkan.
D. Pengolahan dan Pemanfaatan
Cara pengolahan hasil penambangan sangat ditentukan oleh rencana pemanfaatan/penggunaan batu gamping antara lain untuk:
· Fondasi rumah/pengeras jalan/bangunan fisik lainnya.
Apabila disekitar daerah/ditempat tersebut tidak didapatkan jenis batuan beku/batuan lain yang lebih keras, maka batu gamping dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut. Untuk itu dipilih batu gamping yang pejal dan tidak berlubang. Bentuk dan ukuran tidak ada standart, tetapi seyogyanya mudah diangkat oleh tenaga manusia. Bagaimanapun kerasnya batu gamping akan mudah lapuk dan larut oleh air hujan. Oleh sebab itu batu gamping untuk fondasi rumah disarankan untuk rumah yang tidak menahan beban berat. Disamping itu fragmen batu gamping tidak disarankan untuk campuran adonan semen cor, karena disamping batu gamping mempunyai kekerasan rendah juga mudah larut dengan air yang bersifat asam.
Untuk pengeras jalan tidak disarankan untuk jalan yang menahan beban berat. Apabila terpaksa dipergunakan untuk dincling saluran atau bendung, dituntut pengerjaan yang sempurna, karena batu gamping mudah larut dalam air yang mengalir. Batu gamping yang dibuat berukuran krakal tidak disarankan untuk pengeras alas bantalan rel kereta api. Apabila hal ini terpaksa dilakukan karena tidak ada pilihan lain, maka pengontrolan harus lebih sering dilakukan.
· Penetral keasaman tanah
Tanah yang terlalu asam misalnya di daerah gambut, tidak sesuai untuk budidaya pertanian karena tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Dalam usaha untuk menetralkan keasaman tanah, salah satu caranya dengan menambah kapur/batu gamping. Karena batu gamping mudah larut dalam air dalam usaha penetralan tanah disarankan dipergunakan fragmen batu gamping yang berukuran kerikil-kerakil, bukan berukuran pasir. Hal ini dilakukan dengan maksud fragmen batu gamping tersebut dapat tahan lama sebagai bagian dari tanah dan tidak mudah larut dalam air. Batu gamping yang dimanfaatkan langsung dari hasil penambangan dan belum dimatikan/dibakar.
· Kapur tohor dan kapur padam
Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gamping yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan dalam dapur pads suhu 600° C – 900° C. Kapur tohor ini apabila disiram dengan air secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated/slaked quicklime) dengan mengeluarkan panas. Pengkalsinasian batu gamping/dolomit tersebut umumnya dilakukan dalam dapur tegak untuk produksi kecil-kecilan dan dalam dapur putar (kiln) untuk produksi besar-besaran. Sesuai dengan bahan bakunya maka kapur yang dihasilkan adalah
· Batu gamping : CaCO3 CaCO + CO2
Batu gamping Kapur tohor kalsium
· Dolomit: CaCO3MgCO3 CaOMgO + CO2
Dolomit Kapur tohor dolomitan
Reaksi bolak balik ini terjadi pada tekanan 1 atm. Apabila tekanan lebih besar dari 1 atm maka gas CO, yang terbentuk akan bereaksi dengan CaO dan membentuk kembali CaCO3 (hard burnedloverburned). Untuk menghindari ini suhu harus dinaikkan hingga 1000o C – 1200o C dan kapur tohor yang berbentuk harus segera didinginkan. Kapur tohor tidak dapat disimpan terlalu lama karena dengan air dan udara (kelembaban) akan menimbulkan panas. Reaksi kimianya sebagai berikut:
CaO +H20 Ca(OH)2 + panas
Kapur tohor Kapur padam
Kalsium Kalsium
CaOMgO + H20 Ca(OH)2 Mg(OH)2 + panas
Kapur tohor Kapur padam
dolomitan dolomitan
Demikian pula CO, dari udara menyebabkan kapur tohor tidak murni lagi karena terbentuk kembali Kalsium Karbonat.
Reaksinya sebagai berikut:
CaO + CO2 = CaCO3
Dari uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa mutu kapur tohor/padam tergantung pada:
· mutu bahan asal batu gampingnya
· cara, memproduksinya.
Untuk menghasilkan kapur tohor yang memenuhi persyaratan tertentu diperlukan batu gamping tertentu pula. Untuk bahan bangunan seyogyanya mengandung MgO cukup rendah dan ini dihasilkan apabila batu gampingnya berkadar MgCO., rendah. Apabila kadar MgCO3 cukup tinggi seperti pada batu gamping dolomit maka kemungkinan terjadi penurunan mute kapur tohor yang diperoleh jika bahan tersebut dipakai sebagai bahan bangrunan. Adapun keterangan proses sebagai berikut:
· MgO yang terbentuk pada temperatur tinggi lebih sulit diseduh
dengan air dibanding dengan yang terbentuk pada suhu rendah.
· Makin tinggi suhu yang dipakai makin tidak aktif zat tersebut.
· Pembentukannya tidak dapat dihinclari karena pada reaksi penguraian CaCO3 dibutuhkan suhu yang lebih tinggi daripada untuk menguraikan MgCO3.
· Suhu jadi lebih tinggi lagi apabila yang digunakan ialah bongkahan batu gamping yang lebih besar, MgO yang terbentuk pada suhu agak tinggi dapat pula terseduh menjadi Mg(OH)2 meskipun lambat.
· Kehadiran MgO bersama CaO dalam bahan bangunan akan menyebabkan kejadian sebagai berikut:
· CO yang terjadi pada pembakaran normal lebih mudah diseduh daripada MgO, akibatnya Ca(OH)2 akan lebih cepat terbentuk. daripada Mg(OH)2 sehingga dalam campuran tersebut terdapat MgO dan Ca(OH)2 atau MgO dengan sedikit Mg(OH)2 dan banyak Ca(OH)2
· Pada pengerasan (setting) Ca(OH)2 akan lebih dulu mengeras [Ca(OH)2 + CO2 = CaCO3 + H2O], sedangkan MgO belum atau baru akan mengalami penyeduhan, MgO + H2O Mg(OH)2 yang disertai penambahan isi.
· Akibatnya dinding yang terbuat dari bahan tersebut akan retakretak atau ada bagian yang meloncat.
· Apabila penyeduhan dilakukan diudara dan bahan bangunan itu digunakan setelah CaO dan MgO terseduh semua menjadi Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 maka ada kemungkinan Ca(OH)2 bereaksi dengan CUCO2 (dari udara) menjadi CaCO3 sebelum terpasang dan CaCO, tidak aktif lagi sedang MgO yang tidak aktif hanya berfungsi sebagai bahan pengisi (ballast).
Di Indonesia sampai sekarang belum ada standart tentang kapur tohor dan kapur padam. Di bawah ini susunan kimia kapur tohor yang diperdagangkan di Amerika Serikat sebagai berikut:
Tabel 5. susunan kimia kapur tohor yang diperdaganokan di Amerika Serikat (Menurut A.I.M.E dalam Industrial Minerals and Rocks/Lime th. 1970)
Komposisi | Kapur tohor kalsium (high calcium quickline) | Kapur tohor doloirutan (dolomitic quickline) |
CaO | 93,28 - 98,00 | 55,60 – 57,50 |
MgOO | 0,30 – 2,50 | 37,60 – 40,80 |
SiO2 | 0,20 – 1,50 | 0,10 – 1,50 |
FC2O3 | 0,10 – 0,50 | 0,05 – 0,40 |
A12O3 | 0,10 – 0,50 | 0,05 – 0,50 |
H2O | 0,10 – 0,90 | 0.10 – 0,90 |
CO2 | 0,40 – 1,50 | 0,40 – 1,50 |
Mutu kapur tohor sebagai hasil kalsinasi dibedakan:
· terbakar lunak (soft bunted) dengan sifat:
- kapurnya sarang
- tidak begitu mengkerut
· terbakar terlalu masak (laird burned, overbumed)
- kurang sarang dan kompak
- cukup mengkerut
Bahan untuk kalsinasi (pembuatan kapur tohor) yang paling baik adalah kayu karena tipis kemungkinan bahwa kapur tohor yang dihasilkan terlalu masak. Kayu terbakar dengan temperatur yang relatif rendah tetapi dengan nyala yang panjang sehingga bongkah batu gamping yang dipanaskan terselimuti seluruhnya nyala tersebut sehingga menimbulkan kondisi yan sangat baik untuk penyaluran panasnya.
Dalam Usaha difersifikasi bahan bakar, Balai Penelitian Tambang dan Pengolahan Bahan Galian (1976) telah melakukan penelitian pembakaran kapur dengan bahan bakar batubara dengan melakukan modifikasi pada tungku rakyat.
Di samping unsur pengotor sebagai akibat bawaan batu gamping seperti telah diuraikan di atas, akibat pengkalsinasian, kapur tohor dapat mengandung beberapa unsur pengotor lainnya antara lain inti (core) CaCO3 yang tidak terbakar dan bahan-bahan yang terjadi akibat persenyawaan CaO dengan alumina, silika dan sebagainya. Seluruh kadar bahan pengotor tersebut dalam kapur tohor berkisar antara. 4-10%.
Di Amerika Serikat kapur kalsium (high calcium quicklime) umumnya dipergunakan dalam bidank industri dengan standart CaO > 90%. Untuk industri tertentu bahan pengotor seperti fosfor (P) dalam industri karbid, belerang (S) dalam pembuatan baja, warangan (arsenat) dan floor (F) dalam pembuatan serbuk masak (baking powder) serta Fe2O3 (Oksida besi) dalam pembuatan gelas merupakan unsur yang tidak diingini.
· Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester, adukan pasangan bata (mortel), pembuatan semen tras ataupun semen merah. Di Indonesia kapur yang dipergunakan umumnya adalah kapur kalsium, karena batu gamping di Indonesia pada umumnya berkadar Magnesium rendah. Di Amerika Serikat kapur kalsium umumnya dipergunakan dalam industri sedang kapur dolomitan dipergunakan dalam bidang bangunan.
Syarat yang diperlukan sebagai standart adalah (CaO + MgO) minimum 95%; (SiO2 + A12O3 + Fe2O3) maksimum 5%; CO2 maksimum 3% dan 70% lolos ayakan 0,85 mm. Kapur padam apabila dicampur dengan tras akan membentuk semacam semen dan apabila dicampur dengan serbuk bata akan membentuk semen merah. Terjadinya sifat semen dalam campuran dengan kapur dan air oleh kedua bahan tersebut karena kandungan oksida alumina dan silika yang bersifat asam dalam kedua bahan tersebut membentuk persenyawaan sebagai berikut:
Ca(OH)2 + SiO2 + (n-1) H2O → CaO.S1O2 nH2O (semen)
Ca(OH)2 + Al2O3 + 5H2O) CaOAI2O3 6H2O (semen)
Daya tahan semen tras bertambah bila padanya ditambahkan semen Portland sebanyak 10-15% atau kadar kapumya dinaikkan 40-60%. Semen tras sangat baik dipergunakan ditempat yang lembab/berair dan merupakan bahan murah dalam pembuatan batako.
· Bahan penstabilan jalan raya
Pemakaian kapur padam dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan tersebut. Reaksi yang berlangsung diduga sama dengan pembentukan semen tras. Pemakaian kapur padam sebesar 1-6% sesuai dengan keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat.
· Bahan baku pembuatan semen portland
Dalam pembuatan semen batu gamping merupakan bahan baku utama. Untuk memproduksi satu ton semen diperlukan paling sedikit satu ton batu gamping disamping lempung, pasir kuarsa dan gipsum serta pasir besi. Pembuatan semen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses basah dan kering. Sebagai pedoman umum pabrik dengan produksi semen lebih besar dari 1 juta ton per tahun biasanya dipakai proses kering karena lebih ekonomis sedang proses basah menguntungkan untuk pabrik dengan produksi dibawah 1 juta ton per tahun.
Batu gamping sebagai bahan baku semen diperlukan kurang lebih 75 - 80% dari bahan baku seluruhnya. Bcberapa persyaratan batu gamping yang harus dipenuhi antara lain kadar CaO 50-55%; MgO maksimum 2% (di negara tertentu sampai 5%); kekentalan (viscositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O); kadar Fe2O3 2,47% dan Al2O3 0,95%. Seperti diketahui semen portland merupakan hasil yang didapat dengan jalan memadukan CaO, AI2O3, Fe2O3 dan SiO2 menjadi satu campuran.
Dari analisis kimia semen portland, proses reaksi antara oksidaoksida adalah sebagai berikut:
C2S : jika temperatur tinggi maka akan terjadi reaksi antara. SiO2 dan CaO membentuk C2S (dikalsium sulfur)
C3S : agar darpat mengubah semua C2S menjadi C3S maka CaO
yang harus berlebihan dari yang dibutuhkan
C3A : kelebihan AI2O3 semua bereaksi dengan CaO membentuk
CA (trikalsium aluminat = 3 CaO AI2O3).
C4AF : C4 AF (tetrakalsium alumina ferit = CaO AI2O3 Fe2O3) merupakan hasil reaksi dari Fe2O3 + CaO + AI2O3 membentuk C4AF.
lika ternperatur makin tinggi, maka terjadi reaksi antara SiO2 dan CaO membentuk C2S, dan dapat mennbah C2S menjadi C3S.
Untuk membuat semen dengan kadar C2S tinggi dilakukan pembakaran dua kali pertama pembakaran bahan mentah dan kedua dinker. Masing-masing mempunyai peran:
- C3S; pemberi kekuatan paling banyak sepanjang masa terutama kekuatan awal sampai umur 28 hari
- C2S; pemberi kekuatan pada masa terakhir yakni jangka 1 tahun dan selanjutnya, komposisi ini sifat khusus yang disyaratkan tidak ada.
- C3A; menurunkan suhu pembakaran hingga dapat menggunakan panas yang lebih sedikit dan memberikan kekuatan awal dengan waktu 1-3 hari
- C4AF; menurunkan suhu pembakaran dan memberikan kekuatan semen dalam jumlah sedikit sekali atau hampir tidak ada. Semen portland menurut ASTM dapat dibagi menjadi;
1) Semen portland tipe I (regular portland cement)
Merupakan semen portland biasa yang tidak memerlukan persyaratan khusus dalam pengejaannya, proses mengeras dan pengernbangan kekuatan lambat, dipergunakan untuk konstruksi beton umum.
2) Semen portland tipe II (moderate heat of hardening portland cement)
Merupakan semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfas, dimana syarat-syarat konstruksi tidak begitu berat, panas hidrasi sedang yang bersifat mengeras dan pengembangan kekuatannya lebih cepat.
3) Semen portland tipe III (high early strength portland cement). Merupakan semen portland yang penggunaannya memerlukan kekuatan anal yang tinggi pada permukaan setelah terjadi penyekatan, mengandung trikalsium silikat (C3S) lebih tinggi disbanding tipe I sehingga mengeluarkan panas hidrasi tinggi dan cepat mengeras.
4) Semen portland tipe IV (low heat portland cement)
Merupakan semen portland yang penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah mengandung tetrakalsium silikat (C4AF = 4 CaO AI2O3) dan dikalsium silikat (C2S = 2 CaO SiO2) tinggi.
5) Semen portland tipe V (sulfate resisting portland cement)
Merupakan portland semen yang penggunaannya memerlukan tahanan yang tinggi terhadap sulfat, mengandung tetrakalsium alumino ferrite (C4AF) tinggi, trikalsium sulfat (C3A) rendah dibanding tipe I sehingga tahan terhadap zat kimia.
Pada umumnya semen di Indonesia mempunyai ketentuan kadar CaO > 50%. Menurut Standart Industri Indonesia kadar CaCO3 85%; MgO < 5% dan CaO > 50%.
Untuk menghasilkan 1 ton semen beberapa pabrik semen di Indonesia memerlukan bahan baku sebagai berikut:
PT. Semen Padang PT. Semen Gresik PT. Semen Tonasa | Batu gamping 1,25 ton Lempung 0,23 ton Batuan silika (rijang) 0,17 ton Batu gamping 1,332 ton Lempung 0,268 ton Pasir silika 0,067 ton Batu gamping 1,22 ton Lempung 0,25 ton Pasir silika 0,09 ton |
Sebagai bahan tambahan adalah gypsum yang berfungsi untuk C > memperlambat proses pengerasan semen apabila telah dicampur dengan air.
· Pembuatan karbid
Bahan utama untuk pembuatan karbid ialah kapur tohor (± 60%) dan kokas (± 40%). Disamping itu diperlukan bahan lain seperti antrasit, petroleum coke (carbon black). Kapur tohor untuk pembuatan karbid menurut ASTM C 258 - 52 adalah: Total CaO minimum 92%; MgO maksimum 1,75%; Si02 maksimum 2%; AI2O3 tidak lebih dari 0,5%; S maksimum 0,2%; P maksimum 0,02%; hilang dalam pemijaran pada contoh yang diambil di tungku 4,0%. Karbid merupakan bahan utama untuk pengelasan logam.
· Tambahan dalam proses peleburan dan pernumian baja
Batu gamping/dolomit dipakai sebagai imbuh pada tanur tinggi dalam peleburan dan pemumian besi dan logam lainnya. Besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan dalam proses peleburan unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa kerak cairan/slag yang mengapung di atas lelehan besi sehingga mudah dipisahkan.
Di samping itu batu gamping ini diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SO2, H2S dan HE Penyebaran panas pada tanur metalurgi harus baik. Untuk itu disyaratkan batu gamping mompunyai kadar CaO yang tinggi. Batu gamping/dolomit yang lunak akan hancur sebelum tercapai titik cair logamnya. Persyaratan utama batu gamping untuk keperluan ini; CaO minimum 52%; SO, (maksimum) 4%; AI2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; MgO maksimum 3,5%; Fe2O3 maksimum 0,65%; sedang untuk dolomit MgO 17-19%; SiO2 maksimum 6%; AI2O3 + Fe2O3 + MgO maksimum 5%.
· Bahan pemutih (Serbuk CaCO3)
Merupakan batu gamping hablur murni yang ditumbuk halus/digerus menjadi tepung halus. Bahan bakunya merupakan batu gamping non klastik yang, bemarna putih atau CaCO3 buatan berupa hasil sampingan pembuatan basic magnesium karbonat dari dolomit. Syarat utama dari bahan pemutih adalah CaCO3 yang hampir murni (CaCO3, 98%), kehalusan + 325 mesh, plastisitas, daya serap terhadap minyak, warna putih bersih dan PH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap yang dipakai dalam industri cat, sclebihnya selain untuk industri kertas dipakai pula dalam pembuatan ban (industri karet) kertas sigaret, tinta putih, pasta gigi, mercon/bahan peledak, isolasi kabel, obat-obatan dan industri kimia lainnya.
· Soda abu
Batu gamping dipakai untuk membuat soda abu dengan proses amonia soda. Untuk memprodusir 1 ton soda diperlukan 1 – 1,25 ton batu gamping. Di Amerika batu gamping yang dipakai untuk keperluan ini, disyaratkan mengandung CaCO3 90-99%; MgCO3: 0,6%; Fe2O3 AI2O3 + S101: 0,3%.
· Bahan penggosok
Pada umumnya dipakai dolomit (43% MgO3). Dolomit dikalsifikasikan menjadi MgO dan CaO yang tidak mengandung air, yang lazim di sebut Vienna lime merupakan bahan penggosok pada beberapa macam logam dan mutiara. Penggunaan terutama dipakai sebagai bahan penggosok dan pembersih barang/logam yang akan dipernikel supaya unsur nikel dapat lebih meresap.
· Pembuatan logam magnesium dari air laut
· Pembuatan alumina; untuk melakukan desilifikasi pada penyinteraannya.
· Floatasi
Untuk pemumian emas, air raksa, seng, nikel dan timbal, pembersih bijih uranium.
· Pembuatan senyawa alkali
Dalam industri alkali jenis batu gamping yang dolomitan merupakan bahan utama. Syarat utama mengandung MgO: 6%
· Sebagai pembasmi hams
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium. (CaASO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan.
· Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Dalam pertanian batu gamping umumnya dipakai dalam bentuk serbuk apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatif tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium dan magnesium yang berkurang akibat panenan, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur padam dipergunakan sebagai desinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya.
· Bahan keramik
Dalam industri keramik, batu gamping dipakai sebagai imbuh untuk menurunkan suhu leleh benda-benda keramik. Tujuannya untuk mempengaruhi pemuaian pangs masa sesudah dibakar, sehingga sesuai dengan pemuaian glasir. Dengan demikian glasir tidak retak atau lepas. Pemakalan batu gamping untuk benda keramik ± 10%. Batu gamping ini juga dapat diganti dengan kuarsa.
· Glasir
Batu gamping dipakai dalam jumlah sedikit dalam pembuatan glasir. Susunan glasir terdiri dari frit 91,4%; kaolin 8,6%. Frit dibuat dari campuran menjadi timbal 44,3%, asam borat 12. 1 %; kaolin 9,3% kuarsa 26,0% dan kapur 8,3%. Batu gamping yang dipergunakan disyaratkan: CaCO3 minimum 97%, Fe2O3 maksimum 0,3% SiO2 2,00% dan SO3 0,1%.
· Industri kaca
Dalam pembuatan kaca diperlukan ± 50% pasir silika dan bahan lain seperti soda (NaCO3), kapur dan lain-lain. Kapur dapat berasal dari batu gamping atau dolomit. Persyaratan batu gamping menurut standar Perancis mempunyai kadar SiO3 0,96%, Fe2O3, 0,04%, A12O3 0,14%, MgO 0,15%, CaO 55,8%. Untuk dolomit dengan standar Perancis adalah SiO, 0,15%, Fe2O3 0,03%, A12O3 0,05%, MgO 20,80% dan CaO 31,8%.
· Bata silika
Untuk pembuatan bata silika, kapur diperlukan dengan persyaratan CaCO3 minimum 90%; MgO maksimum 4,5%; Fe2O3 + A12O3 maksimum 1,5%, SiO3 + yang tak larut maksimum 3%; CO2 maksimum 5%.
· Bahan tahan api
Dikenal dengan narna “dead burned dolomite” umumnya dipakai sebagai pelapisan (lining) tanur peleburan baja. Bahan dibuat dari dolomit dengan komposisi MgCO3 35%, SiO2 maksimum 1,0% Fe2O3 maksimum 1,5%, A12O3 maksimum 1,5 sisanya sebagai CaCO2. Bahan ini dibakar sedemikian rupa sehingga hasil yang diperoleh adalah tidak aktif lagi (secara kimia).
· Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri, kapur dipergunakan bersama-sama dencran soda abu dalam proses yang dinamakan proses kapur soda. Kapur menghilangkan bikarbonat sebagai penyebab kekerasan sementara pada air. Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan bersih selama 24-48 jam apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak, demikian pula air yang keruh akan men adi jernih.
Air yang mengandung CO, dinetralkan oleh kapur untuk menghindari dari karat pada pipa yang menyalurkan kek-onsumen. Kapur dolomitan dipakai untuk menghilangkan silika dari air pada ketel-ketel uap. Dengan mempergunakan kapur dalam penjernihan air juga diendapkan besi, mangaan, senyawa florida. Kapur juga dipergunakan untuk membersihkan sampah buangan pabrik.
BAB III
SIMPULAN
Batu gamping merupakan salah satu mineral yang dapat dijadikan sebagai bahan galian industri untuk kelangsungan hidup manusia.